Sabtu, 24 Desember 2011

HAMILTON ALEXANDER ROSSKEN GIBB



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang

Orientalisme adalah sebuah gerakan penelitian tentang ketimuran yang dilakukan di barat,semua agama-agama ditimur pada umunya dan agama Islam pada khususnya. Kegiatan penelitian tersebut telah dilakukan oleh sarjana-sarjana barat sejak ribuan tahun yang lalu pada saat kekuasaan Islam bercokol di andalusia.
Pemikiran tentang dunia ketimuran tersebut berkembang pesat dari masa ke masa, dan melahirkan banyak sekali tokoh-tokoh orientalis yang terkenal di dunia barat dan pendapat-pendapatnya menjadi panutan dan pandangan dunia barat terhadab dunia timur pada umunmya dan Islam pada khususnya. Akan tetapi sayangnya kebanyakan dari kaum orientalis lebih banyak menyudutkan Islam sebagai agama maupun sebagai sebuah peradaban. Diantara tokoh-tokoh orientalis yang memandang Islam sebelah mata yaitu Hamilton Alexander Rossken Gibb, yang telah m
enyatakan bahwa Islam adalah sekte kristen yang sesat dengan menyatakan bahwa Islam adalah mohammadanisme.
Dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan pemikiran H. A. R. Gibb dalam menilai Islam dengan sudut pandang barat. Gibb sebenarnya hanya meneruskan pemikiran-pemikiran pendahulunya seperti DB Mc Donald yang cenderung mendiskritkan Islam sebagai kelompok masyarakat dan peradaban yang inferior, yang mana bagi sebagian besar kaum orientalis umat Islam  tidak mampu mendefinisikan dirinya sendiri. maka dari itu bagi kaum orientalis merasa penting menjelaskan Islam yang sebenarnya dengan cara mereka, yaitu pemikiran barat yang dianggap superior. Dengan pemikiran orientalis seperti inilah maka dari itu kita sebagi umat muslim perlu mengkritisinya, dan makalah ini hadir untuk hal itu.
B.      Rumusan Masalah
1.      Siapa Hamilton Alexander Rossken Gibb?
2.      Bagaimana pemikiran H. A. R. Gibb tentang Islam?
3.      Bagaimana kita mengkritisnya?
Bab II
Pembahasan

A.     Latar Belakang H. A. R. Gibb
Hamilton Alexander Rossken Gibb adalah seorang tokoh orientalis terkemuka, ia merupakan kelahiran mesir daerah alexanderia, terutama sehabis Perang Dunia Kedua (1939-1945). Banyak karyanya mengenai Islam, Baik bersifat makalah maupun buku. Gibb sendiri lebih suka menyebut dirinya sebagai klasikis dari pada arabis. Karyanya berjudul Mohammedanism, yang telah disitir sebagian ungkapan didalamnya, amat terkenal dan berpengaruh kuat sekali dewasa ini, terpandang sebagai buku yang dinamik dan menarik untuk ditulis ulang oleh sarjana terkemuka (dynamic and interesting volume written by a noted scholar).[1]
Pemikiran Gibb sendiri lebih menfokuskan kepada tradisi Islam dari nabi Muhammad atau sunnah nabi yang di anut oleh kaum ortodoks. Karya umum Gibb tentang Islam lebih banyak mengenai hal-hal yang bersifat metafisika, seperti kegiatan kesufian dan lain-lain. Karya Gibb dapat di kritisi dalam kendala-kendala metafisika yang ia temui yang menurutnya bahwa kemunduran pemikiran Islam karena menyukai pemikiran-pemikiran sufistik dan mistis, seperti di dalam karya-karyanya di Modern Trends In Islam dan Muhammadanisme. Gibb lebih suka menyebut Muhammadanisme karena menurutnya Islam sebenarnya didasarkan pada suatu gagasan estafet kerasulan yang diakhiri oleh Muhammad.[2]

B.     Pemikiran H. A. R. Gibb
Pendapat H.A. R. Gibb tentang pribadi Nabi Besar Muhammad telah dikutip terlebih dahulu. Ia menulis panjang lebar tentang diri Nabi Besar Muhammad. Di sini dipungutkan lagi satu bagian lainnya, yang patut memperoleh perhatian dan pemikiran pihak-pihak yang saling sadar dalam agama Islam sendiri:, Artinya:Bila seseorang  memalingkan perhatian dari kegiatan umum dalam kehidupan Muhammad itu kepala kepribadiannya dan pengaruhnya dalam bidang moral dan sosial, tidaklah selamanya mudah memperoleh titik temu antara kebencian teologis dari penulis-penulis barat pada masa lampau dengan apologi yang tidak meyakinkan dari penulis-penulis muslim pada zaman baru.[3] Penelitian sumber-sumber belum cukup jauh untuk jauh untuk membuat kita mampu membedakan dengan penuh keyakinan antara tradisi (hadits) yang murni pada masa-masa permulaan dengan ciptaan-ciptaan belakangan. Mestilah diakui bahwa tokoh Muhammad itu amat menderita sekali oleh omong kosong tentang tetek bengek yang dikaitkan terhadap Muhammad oleh para pengikutnnya pada generasi-generasi belakangan.
Demikian ungkapan Hamilton A.R. Gibb mengenai “cacat” dalam kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW. Disebabkan oleh “hadits-hadits” yang diciptakan oleh generasi-generasi belakangan guna “mengkultuskan” Nabi Besar Muhammad itu, tapi akibatnya menjadi “sasaran yang empuk dan yang sangat pahit” bagi penulis-penulis Barat dimasa lampau.[4]
Apakah ungkapan Hamilton A.R. Gibb itu harus dibantah , tentulah tidak! Memang harus diakui bahwa banyak sekali “hadits-hadits” yang bersifat “kultus” serupa itu , yang tidak diterima oleh akal, bahkan tidak masuk akal kebenarannya.
Pada setiap perayaan mauled sering didengar “hadits-hadits” serupa itu. Misalnya, bahwa pada saat nabi besar Muhammad SAW. Lahir, maka api pujaan diseluruh kuil  Majusi ditanah iran itu padam, seluruh pohon dan batu sujud  mengucapkan syukus kegembiraan kepada Tuhan. Sewaktu masih dibawah asuhan Halimah dalam lingkungan kelompok Badui, tengah mengembalakan domba bersama Halimah, maka dua malaikat dating menelanyangkan Muhammad dan meng “operasi” dadanya guna membersihkan  isi dadanya agar “hidup-murni” pada masa selanjudnya. Sewaktu ikut kafilah dagang yang dipimpin pamannya, Abu Thalib, ke tanah Syam (Syiria dan Palestina), maka selama sebulan dalam perjalanan ke utara dipadang syahara yng gersang dibawah sengatan matahari itu, Muhammad senantiasa dilindungi oleh awan selama dalam perjalanan itu.
Disamping itu banyak pula kisah-kisah ajaib lainnya menjelang Nabi Muhammad menjabat risalah. Bahkan mengenai masa sesudah menjabat risalah pun banyak sekali hadits mengenai mukjzat-mukjizat yang sangat ajaib dari nabi Muhammad. Mislnya hadits yang dirawikan oleh Al-bukhari (wafat 256 H/870 M) sendiri, yang dikatakan berasal dari ibnu Mas’ud (wafat 32H/652 M), bahwa suatu tanda kebesaran Nabi Muhammad adalah bahwa: Bulan purnama pada suatu malam belah dua, dan sebelah diantaranya memasuki lengan baju Nabi Muhammad sebelah kanan dan keluar kembali dan yang sebelah lagi memasuki lengan baju sebelah kiri dan keluar kembali.
Kisah-kisah ajaib serupa itu banyak dijumpai dalam sekian banyak ”hadits” yang diciptakan oleh generasi belakangan; bahkan dikatakan bahwa siapa saja menggunakan nama “Muhammad” untuk dirinya, maka pada hari kemudian  “akan diselamatkan” dari api neraka. Jadi wajarlah bila “hadits-hadits” serupa itu menjadi “bahan sangat empuk” bagi kaum orientalis di masa lampau  untuk mengecam agama Islam dengan sengitnya, yang oleh Hamilton A.R Gibb disebut dengan odium the ologicum; kebencian theologies.
Tetapi keliru sekali bila Hamilton A.R. Gibb berpendapat bahwa penolakan  terhadap “hadits-hadits” serupa itu baru timbul dikalangan penulis-penulis muslim pada zaman baru! Penolakan terhadap “hadits-hadits” yang tidak masuk akal itu sebenarnya telah bermula sejak abad ke-2 dan ke-3 hijriah dan abad-abad selanjudnya; yakni di tangan tokoh-tokoh terkemika dari aliran iktizal, yang pernah dinyatakan sebagaiu aliran yang resmi dalam agama Islam pada Khalif Al- Makmun (198-218 H/813-833 M) sampai masa Khalif Al-Watsiq (227-232 H/842-847) untuk mengganti aliran sunni.[5]
Terhadap Al-hadits yang “dikatakan” berasal dari ibnu Mas’ud itu: “jikalau betul Ibnu Mas’ud mengucapkannya, maka itu adalah suatu kebohongan  besar. Allah akan tidak membelah bulan untuk diri seorang Ibnu Mas’ud. Jikalau betul kejadian tersebut, kenapa orang banyak tidak melihatnya? Kenapa orang banyak  tidak membuat peristiwa ajaib itu untuk dijadikan Tahun Sejarah, seperti halnya dengan Tahun Gajah? Kenapa tidak ada penyair pada masa itu yang mengungkapkannya  dalam sajaknya? Kenapa seorang kafir masa itu tidak segera masuk Islam? Kenapa seseorang muslim pada masa itu tidak lantas menjadikannya  alasan terkuat untuk mematahkan setiap yang menyangkal?” Demikian tulisan Ibnu Qutaibah Al-Dainuri (wafat 276 H /889 M) dalam karyannya Ta’wilul Mukhtalifi  Haditisi.
Serangan terhadap Al-Muhadditsin yang gemar sekali menciptakan “hadits-hadits” serupa itu, lebih panjang lebar dijumpai dalam karya terbesar  Ibrahim Al-Jahidz (wafat 255 H/876 M), berjudul Al-Hayawani dimana al-jahidz menuduh kaum Al-Muhadditsin tersebut  sebagai kelompok yang kurang mempergunakan pertimbangan akal. Didalam Al-Hayawani jilid 1 halaman 166, Ibrahim Al-Jahidz menulis: jikalau terhadap setiap hadits yang disampaikan itu mereka sudi menelitinnya dari sudut sebab akibat dan dari sudut pembuktian-pembuktian yang masuk akal, niscaya jumlah jumlah kepalsuan akan bisa diperkecil, tapi kebanyakan hadits yang disampaikan itu sepi dsri semuanya itu. Mereka hannya menampung rangkaian kalimatnya tanpa memperhitungkan sebab akibat, apalagi akan meneliti pembuktiannya.
Demikian kecaman para cendekiawan Islam sendiri terhadap hadits-hadits serupa itu sejak abad ke-2 dan ke-3 hijriyah dan abad-abad berikutnya. Jadi sebenarnnya apa yang dijadikan “sasaran empuk” oleh kaum orientalis dibarat pada masa lampau itu, sudah jadi “sasaran” dalam lingkungan dunia Islam sendiri sejak abad-abad permulaan Islam.[6]
Sedangkan dalam jihad sendiri Gibb menyatakan bahwa jihad is holy war. Pernyataan ini sendiri muncul karena pemahaman Gibb terhadap konsep perang yang di gunakan oleh Salahuddin Al-Ayyubi sebagai perang agama. Gibb melihat konsepsi Salahuddin hanya dengan satu sudut pandang barat dan sebagai seorang kristiani tanpa mau menindak lanjuti makna di balik ungkapan jihad tersebut.
Sedangkan pemikirannya tentang Al-Quran sedikit memiliki kemajuan dibandingkan dengan pemikiran orientalis yang lain. Menurut Gibb Al-Quran adalah kitab khutbah yang disampaikan oleh Muhammad secara lisan dalam kurun waktu kira-kira 20 tahun menjelang akhir hayatnya, Gibb sendiri berpendapat bahwa Al-Quran bukan berasal dari kumpulan kitab bibel ataupun yang lain. Namun begitu Gibb sendiri setuju dengan pendapat Ducan Black Mc Donald yang menyatakan bahwa bangsa arab sangat erat sekali hubungannya dengan pemikiran bangsa semit yanng suka menghubung-hubungkan keadaannya dengan hal-hal gaib, yang mereka caci sendiri dan lalu mereka pertahankan hubungan dengan hal-hal gaib tersebut.
Sedangkan pendapat Gibb dalam kesufian adalah menurut Gibb kehidupan mistik Islam mendapat sumbangan besar dari luar Islam.  Salah satu yang disebut Gibb adalah masalah Nur Muhammad yang dirasa Gibb mendapat pengaruh dari agama Kristen dan kaum Gnostik. Lebih lanjut tentang konsep Wahdatul Wujud dalam kesufian Islam menurut Gibb mendapat pengaruh dari dua sumber yaitu filsafat india dan  filsafat grik. Berkenaan dengan pengaruh filsafat india menurut Gibb bahwa pada abad pertengahan kaum sufi mendapat pengaruh dari penerjemahan buku-buku dan kitab-kitab suci agama hindu pada masa khalifah Al-Makmun dan hal itu juga terdapat dalam terjemahan-terjemahan kitab-kitab berbahasa Suryani dan Grik. Dari situ menurut Gibb ajaran sufi mendapatkan roh ajarannya dan mengembangkan segala praktek pertapaannya. Gibb juga berpendapat bahwa Maqamat-Maqamat dalam sufi juga terpengaruh dari tingkatan-tingkatan ulama dalam Kristen  Grik ortodoks dan rum khatolik, contoh seperti Syaikh (tetua) sama dengan Bapa (tetua), Elder, Sintuba, Presbyter juga artinya tetua dalam agama Kristen.
C.      Mengkritisi Pemikiran Gibb
Setelah mengikuti sikap dan pandangan tokoh-tokoh orientalis terhadap pribadi Nabi Besar Muhammad SAW. sejak beberapa abad sebelumnya  sampai kepada tokoh-tokoh orientalis sehabis perang dunia kedua 1939-1945, dapatlah disimpulkan bahwa semakin luas dan mendalam studi tokoh-tokoh orientalis di Barat itu terhadap literature Islam, semakin terjadi perubahan sikap dan pandangan mereka terhadap agama Islam, terutama terhadap Nabi Muhammad SAW.
Kecaman-kecaman sengit yang dilontarkan kaum orientalis Barat  dimasa lampau terhadap agama Islam  dan nabi besar Muhammad SAW. Yang disertai kata-kata nista yang penuh penghinaan, semuanya hanyalah disebabkan oleh kedangkalan pengetahuan mereka tentang Islam. Setidak-tidaknya karena ketidaksudian  mereka mengenali  dan mempelajari hakekat agama Islam. Bahkan ada yang sengaja  sampai mengukur agama Islam dan sikap dan tindak laku pemeluknya di lapisan awam, dengan sengaja dipilih yang terbodoh dan terpandir.
Hamilton A.R. Gibb mengungkapkan semua kenyataan itu dengan kalimat sebagai berikut: Artinya: antara generasi satu dengan generasi berikutnya, dasar-dasar pertimbangan sepanjang kemestian mengalami sesuatu perubahan. Semuanya berubah pertama kalinya material ataupun pengertian ilmiah disebabkan penemuan fakta-fakta baru dan peningkatan saling pengertian  yang merupakan darin akibat dari perluasan dan pendalaman penelitian. Tidak satupun dalam dunia kita yang berubah sekarang ini, memandang masalah kehidupan, kemasyarakatan ataupun kepercayaan menurut istilah-istilah pemikiran ataupun nilai-nilai dari generasi sebelumnya; dan jurang yang memisahkan pandangan tahun 1911 dengan pandangan tahun 1946 adalah suatu kenyataan yang jarang dijumpai taranya di dalam ruang yang demikian singkat dari sejarah umat manusia.
Pendapat Gibb tentang jihad masih belum bisa dibenarkan, karena Gibb terlalu menyederhakan pemaknaan jihad. Padahal jihad maknanya sangatlah luas dan kompleks untuk di jelaskan, karena nabi sendiri tidak pernah menyatakan bahwa jihad haruslah perang ataupun dengan suatu hal tertentu. Namun nabi dalam menjelaskan makna jihad lebih mengarah kepada berjuang dijalan Allah. Jadi perjuangan tersebut sangatlah luas artinya bukan perang suci saja, contoh menafkahi keluarga, melawan hawa nafsu, beribadah kepada Allah, mencari ilmu dan lain sebagainya, juga disebut jihad.
Sedangkan pemaknaan Al-Quran Gibb, memang sudah menunjukan sebuah kemajuan berpikir dan kritis. Namun Gibb sendiri masih menafikan peran Allah yang harus lebih di utamakan dalam proses pembentukan wahyu dalam Al-Quran. Alquran bukan sekedar khutbah nabi Muhammad yang diterima nabi Muhammad dari Allah, namun al-quran maknanya lebih dari itu. Al-Quran merupakan pernyataan diri Tuhan kepada manusia dengan perantara nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Jadi Al-Quran bukan hanya sebagai kitab hukum saja, atau sekedar kitab sejarah para nabi-nabi Allah, Akan tetapi Al-Quran lebih kepada pembuktian diri Allah kepada manusia.
Sedangkan tentang konsep mistik Islam Gibb, memang tidak bisa disangkal bahwa kehadiran mistisisme Islam lebih belakangan dari pada mistisisme hindu ataupun nasrani. Akan tetapi ajaran-ajaran sufi dalam dunia Islam sendiri memiliki sejarah yang independen dan konkrit. Bahwa sufi muncul bukan karena pengaruh langsung dari tradisi-tradisi mistisisme hindu ataupun nasrani, akan tetapi lebih kepada pergolakan politik pada dinasti umayah yang bersifat hedonis. Tradisi sufi sendiri sebenarnya sudah ada pada zaman nabi Muhammad yang bisa ditemukan pada tradisi suku Quraish yang sering menyepi di gua-gua pada bulan ramadhan, walaupun kegiatan tersebut belum terorganisir seperti pada zaman awal kemunculannya di zaman dinasti Umaiyah namun substansi dan prakteknya sama.
D.     Daftar Pusataka
Gibb, H. A. R., Aliran-Aliran Modern Dalam Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996.
Said, Erward W.,  Orientalisme, Bandung, Pustaka, 2001.
Souyb, Joesoep,  Peranan Aliran Iktizal Dalam Perkembangan Pikiran Islam, Jakarta, Pustaka Al-Husna, 1982.
Souyb, Joesoep, Orientalisme Dan Islam, Jakarta. Bulan Bintang, 1985.


[1] Joesoep Souyb, Orientalisme Dan Islam, Jakarta. Bulan Bintang, 1985, 115.
[2] Erward W. Said, Orientalisme, Bandung, Pustaka, 2001, 367.
[3] Ibid..., 368-369.
[4] Joesoep souyb, ibid..., 116.
[5] H. A. R. Gibb, Aliran-Aliran Modern Dalam Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, 7.
[6]Joesoep Souyb, Peranan Aliran Iktizal Dalam Perkembangan Pikiran Islam, Jakarta, Pustaka Al-Husna, 1982, 118.

2 komentar:

  1. Jadi maksudnya disini itu hadist tentang terbelahnya bulan dan padamnya api majusi saat rasul SAW lahir,itu bukan termasuk hadist shahih dari nabi tetapi haidist hadist baru yang diciptakan oleh generasi selanjutnya? Mohon penjelasannya.

    BalasHapus
  2. Harrah's Casino Near Bryson City, Bryson City
    Harrah's Casino 영주 출장마사지 Near Bryson City, Bryson City 목포 출장안마 is in Bryson City, 동두천 출장안마 Bryson City, Bryson City and is open daily 24 hours. The casino is 경주 출장안마 owned by Caesars Entertainment. 군산 출장마사지

    BalasHapus