Kamis, 22 Desember 2011

sejarah singkat yahudi


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Bangsa Ibrani atau penulis pada zaman modern ini mengenalnya dengan sebutan bani Israel, memiliki sejarah yang panjang dan penuh penderitaan  sebelum mereka menemukan puncak dominasinya atas dunia internasional saat ini. Dari masa kelahiran bangsa ini di kota Ur di daerah Mesopotamia hingga Mesir, Kanaan, Eropa dan Amerika sebagai basis dominasinya saat ini, umat Israel selalu memiliki rasa ingin menguasai sesuatu melebihi dari bangsa-bangsa yang lain.

Ibrani atau Hebrew, dalam bahasa inggris disebut Jews atau dalam kalangan umat muslim dikenal dengan sebutan bani Israel, dalam sejarah memang selalu membuat kehebohan di daerah yang mereka singgahi, entah dengan kelebihan yang mereka miliki atapun dengan kebodohan-bodohan yang mereka miliki. Sebagai contoh memang bangsa Ibrani disaat berada di Mesir sangat berpengaruh atas kemajuan peradaban di Mesir pada masa Firaun berkuasa, namun mereka cenderung tertutup dengan masyarakat sekitar mereka dan lebih menganggap bahwa kaumnya itu lebih tinggi kedudukannya di banding dengan penduduk Mesir asli, memang di akui bangsa Ibrani pada waktu itu atas jasa-jasa Yusuf putra Ya’qub atau Israel banyak menduduki posisi pemerintahan dan turut andil memajukan negara Mesir pada  waktu itu dengan kecerdasan yang mereka miliki. Namun karena kelebihan yang mereka miliki itu dan sikap rasial yang mereka miliki, akhirnya menyengsarakan diri mereka sendiri, dengan jatuhnya keputusan Firaun untuk menjadikan mereka budak orang-orang Mesir, hal ini terjadi karena kekhawatiran Firaun atas kemajuan yang mereka capai terlampau cepat dan mendominasi Mesir pada waktu itu.
Bangsa Ibrani sendiri sebenarnya berasal dari Khaldea sebuah daerah Messopotamia, yang hijrah ke Haran dan akhirnya ke Kanaan. Dan sebutan bagi Ibrahim beserta koleganya adalah Ibri dari kata Abara yang artinya orang yang menyeberang atau orang seberang. Namun pada akhirnya mereka lebih suka disebut dengan bangsa Israel demi menutupi sejarah kelam di masa lalu. Sedangkan  arti dari Israel sendiri adalah Isra berarti hamba dan El berarti Tuhan, yang bila digabung Israel berarti “Hamba Tuhan” hal ini juga merujuk kepada nama nenek moyang mereka Ya’qub yang memiliki nama lain Israel.[1]
Dalam makalah ini akan di bahas bagaimana bangsa Ibrani dalam masa-masa pembuangannya. Banyak duka cita dan hal-hal yang mereka lakukan dimasa lalu yang membuat mereka memiliki ikatan yang kuat dalam kalangan umat sebangsanya dan sangat mendominasi di manapun mereka bersinggah. Dari sini kita akan memahami bahwa sejarah yang mereka miliki sangatlah panjang dan penuh dengan cobaan yang berat hingga hal itu melahirkan gerakan Zionisme yang kuat oleh Theodor Herzel yang berada dibawah bendera Yudaisme.

B.     RUMUSAN MASALAH
Ada beberapa permasalahan di dalam makalah ini, yaitu:
  1. Bagaimana bangsa Ibrani di daerah-daerah pengembaraannya?
  2. Apa yang terjadi saat bangsa Ibrani berada di Mesir dan setelah keluar dari Mesir?
  3. Mengapa bangsa Ibrani melakukan Diaspora ke seluruh penjuru dunia?
  4. Apa alasan bangsa Ibrani kembali ke Kanaan atau Palestina?





BAB II
PEMBAHASAN

A.     Bangsa Ibrani Dan Daerah-Daerah Pengembaraannya
Bangsa Ibrani adalah salah satu rumpun Semit, selain Arab, Siria, Mesir dan lain-lain. istilah Semit sendiri berasal dari kata Syem yang terdapat dalam kitab perjanjian lama.[2] Singkatnya bahwa bangsa semit adalah keturunan nabi Nuh yang tertua.  bangsa Ibrani dalam sejarah awalnya adalah masyarakat perkotaan dan bermukim namun karena permasalahan agama yang di terima oleh leluhur mereka Ibrahim yang lahir 2019 SM, maka mereka menjadi masyarakat yang nomaden.[3] Hal ini juga tidak terlepas dari wahyu tuhan kepada Ibrahim yang mengutusnya meninggalkan tanah kelahirannya di Ur-Khaldea daerah Messopotamia untuk sebuah perjanjian dengan Tuhan untuk memberkahi dan menjadikan bangsa yang besar keturunan Ibrahim sekitar tahun 1900 SM.
Dalam masa perantauan di Kanaan Ibrahim memiliki dua putra yaitu Ismail yang menjadi leluhur bangsa Arab dan Ishak yang menjadi leluhur bangsa Israel. Dua bangsa inilah yang nantinya menjadi besar dan melahirkan tiga agama wahyu, yaitu Islam, Nasrani dan Yahudi. Namun dalam kenyataannya agama Yahudi yang berumatkan kalangan bangsa Israel-lah yang lebih unggul dalam hal peradabannya dan siklus terbentuknya agama tersebut dibanding agama bangsa Arab yang hanya singkat dan instan serta lebih sukses di perjalanan sejarahnya.
Namun dalam perkembangan peradaban bangsa Israel lebih unggul dahulu karena sifat nomaden yang mereka miliki. Mereka banyak bersentuhan dengan peradaban-peradaban yang telah maju seperti Babilonia, Persia, Haran, Messopotamia, Mesir dan Assria. Sehingga hal ini membuat  mereka memiliki dasar peradaban  yang maju dan kuat.
      Bangsa Ibrani sendiri adalah rujukan atau sebutan bagi keturunan Ya’qub yang beranak pinak dan berkembang menjadi bangsa yang besar. Anak-anak Ya’qub sendiri adalah Rubim, Lewi, Yahuda, Zebulor, Isakhar, Don, Gad, Asyer, Naftas, Yusuf, dan Bunyamin.[4] Kedua belas orang ini memiliki keturunan yang banyak pula begitu seterusnya beranak, bercucu berkembang begitu pesat sehingga dalam waktu yang tidak begitu lama Israelites sudah menjadi satu suku yang besar dan berpengaruh. Bangsa Ibrani sudah menjadi kelompok-kelompok pengembara dari satu tempat ke tempat yang lain, mencari tempat-tempat yang subur. Semakin besar suku ini, semakin mudah bagi mereka untuk mempengaruhi atau kalau perlu untuk memerangi dan menundukkan suku-suku yang lain guna merebut tanah-tanah subur yang mereka perlukan. 
Daerah yang dijelajahi Bani Israel, mulai dari tanah kelahiran leluhurnya, Ibrahim di Ur-Khaldea, wilayah Babilonia, tetangga Persia, terus ke utara Haran di wilayah Mesopotamia dan Assyaria, kembali ke arah selatan bagian barat, Kanaan, tetangga Syria dan Arabia, akhirnya menelusuri pantai timur laut mediterania sampai ke Mesir.
Gambaran tentang daerah-daerah pengembaraan yang dialami oleh bangsa Ibrani yaitu,
1.      Babilonia
Suatu negeri yang terletak di sebelah selatan Mesopotamia dengan ibukotanya Babilon. Negeri ini merupakan pusat kebudayaan Sumeria. Sebelum kota Babilon direbut oleh raja Nebukadnezar dari Assyiria bertahtahlah seorang raja Hammurabi. Raja pertama yang menguasai Babilonia adalah cucu nabi Nuh pembangun kapal laut besar yang menyelamatkan dia dengan tujuh orang lainnya dari bahaya banjir besar yang melanda seluruh permukaan Bumi sekitar tahun 2239 SM.[5]
2.       Persia
Di bagian timur wilayah Babilonia terdapat wilayah Persia. Negeri ini terkenal sebagai daerah yang berkebudayaan tinggi. Menurut Herodotus, ahli sejarah kuno, bahwa Mandane seorang wanita Median, adalah ibu Cyrus yang agung. Mandane kawin dengan seorang Persia yaitu Cambyses I, dengan ini maka orang-orang Media dan Persia, merupakan dua suku bangsa yang membina kerajaan sendiri dan terjalin hubungan kekeluargaan antara Mandane dari Median dengan Cambyses I raja Persia. Kemudian antara kerajaan Median dan Babilonia, terjalin pula hubungan perkawinan antara putri raja Median Astryes yaitu Amytis kawin dengan Nebukadnezar dari Babilonia.[6]
Dengan demikian tiga kerajaan besar dengan segala suku yang mendukungnya yaitu Babilonia, Persia, dan Median adalah merupakan kerajaan dan suku bangsa yang sudah mempunyai kontak dengan ban Israel mulai dari generasi Ibrahim sampai kepada anak turunannya. Hubungan pembauran bani Israel dengan suku Medi di kerajaan Median, bertambah dekat, setelah bani Israel melakukan imigrasi dari Ur di Babilonia ke daerah Haran dalam wilayah Mesopotamia yang bertetangga dengan Assiria.[7]
3.       Haran
Ibrahim pernah hidup lama di kota ini bersama-sama keluarganya dan juga para pengikutnya. Mereka baru meninggalkan kota ini pada tahun 1949 SM. Di kota ni juga hidup Leban, saudara Ibrahim. Seterusnya Ya’qub, putra Ishaq, orang yang pertama disebut Israel, pada tahun 1781 SM menyingkir pula ke kota ini. Di sini ia mulai membangun Bethel. Kota ini juga termasuk kota perdagangan, sehingga kontak agama, adat istiadat dan kebudayaan dari berbagai suku bangsa tidak dapat dihindarkan. Kota ini pernah di rebut oleh Assiria, bahkan pernah menjadi ibu kotanya Assiria.
4.      Assiria
Assiria disebut juga Asyur. Ia terkenal sebagia sebuah negeri dari suatu bangsa yang kejam dan suka berperang. Bangsa Assiria sempat mendirikan sebuah kerajaan besar yang dapat menguasai Asia Barat[8].
5.       Kanaan
Kanaan adalah tanah kelahiran Ya’qub, sebagaimana diketahui Ibrahim sebagai leluhur Ya’qub dalam pengembaraannya keluar dari Ur-Kaldea menuju ke Haran dan kemudian menetap di Kanaan karena kesuburan daerah ini. Dan pada waktu itu Ibrahim telah memiliki dua anak yaitu Ismail dan Ishak yang merupakan ayah dari Ya’qub. Kemudian Ya’qub memiliki empat orang istri dan dua belas anak yang masing-masing adalah sebagai berikut :
Istri pertama, bernama Liah melahirkan Rubin, Simon, Lewi, Yehuda, Zebulon dan Isakhar. Sedangkan istri kedua bernama Rahil melahirkan Yusuf dan Benyamin. Istri ketiga bernama Zilfah melahirkan Gad dan Asyer. Istri keempat bernama Bilhah melahirkan Don dan Naftah. Yang pada akhirnya dua belas anak Ya’qub ini menjadi dua belas suku besar bangsa Israel di kemudian hari.



B.     Bangsa Ibrani Berada Di Mesir
Pengembaraan bangsa Ibrani di Mesir dimulai oleh keturunan Ya’qub yang bernama Yusuf. Yusuf merupakan anak kesayangan dari Ya’qub, dan hal ini menjadikan saudara-saudara Yusuf yang lain iri kepadanya kecuali Benyamin, saudaranya seibu.[9]
Berawal dari keirian itu saudara-saudara Yusuf membuangnya di sebuah sumur di tengah hutan saat melakukan perburuan. Hal ini memang sengaja dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf dengan harapan Yusuf meninggal dunia ataupun ditemukan oleh saudagar yang lewat supaya dengan hilangnya Yusuf maka ayahnya lebih menyayangi mereka. Dan pada akhirnya Yusuf ditemukan oleh saudagar yang melewati sumur tersebut, kemudian Yusuf dijual kepada seorang pembesar negara Mesir yang bernama Futilah.[10] Futilah membawanya pulang dan memberikannya kepada istrinya. Akhirnya Yusuf diangkat menjadi anak angkat mereka.
Karena keahlian yang dimiliki Yusuf, dalam waktu singkat Yusuf mampu menduduki jabatan menteri di negara Mesir. Sewaktu Mesir memiliki menteri Yusuf, negeri ini bisa terhindar dari malapetaka kehancuran ekonomi dikarenakan kepandaian dan keahlian Yusuf dalam menafsirkan mimpi. Sementara Mesir dalam keadaan makmur, daerah Kanaan dan sekitarnya mengalami bencana kekeringan dan kehabisan bahan pangan. Sebagaimana diketahui bahwa ayahnya, Ya’qub beserta saudara-saudaranya berada di negeri tersebut, dan hal itu telah diketahui oleh Yusuf.
Mengetahui hal ini, maka Yusuf berusaha mengundang keluarganya untuk berhijrah ke Mesir. Dengan daya upaya yang dimilikinya, Yusuf berhasil membawa keluarganya serta bangsa Ibrani yang berada di Kanaan hijrah ke Mesir. Setelah 17 tahun bermukim di Mesir Ya’qub telah berusia 147 tahun dan mulai udzur. Ya’qub mengumpulkan semua putranya serta berwasiat bahwa Yehuda lah yang akan memiliki ketururan yang paling banyak diantara putra-putranya yang lain. Sedangkan wasiat kepada Yusuf, bilamana Ya’qub meninggal, ia ingin dimakamkan di Kanaan dekat makam ayahnya Ishak dan kakeknya Ibrahim yaitu di salah satu gua di padang Eferon. Pada waktu Yusuf berusia 110 tahun, beliau merasa bahwa ajalnya sudah dekat. Ia berwasiat kepada saudara-saudaranya, bahwa sepeninggalnya Tuhan akan membawa mereka keluar negeri Mesir, pergi ke negeri yang telah ditentukan oleh Tuhan untuk mereka.
C.     Bangsa Ibrani Keluar Dari Mesir
Bertahun-tahun bangsa Ibrani menetap di Mesir dengan segala kenikmatan yang mereka dapat dari penguasa kerajaan, hal ini membuat bangsa Ibrani lupa akan lingkungan di sekitar mereka. Bangsa Ibrani merasa lebih unggul dan lebih suci dibanding penduduk asli Mesir yang beragama pagan.[11] Bangsa Ibrani merasa bahwa agama yang mereka anut yaitu agama Ya’qub lebih tinggi derajatnya dibanding penduduk asli Mesir. Karena sikap eksklusif yang dimiliki bangsa Ibrani ini, maka Fir’aun memutuskan untuk menjadikan mereka budak orang-orang Mesir dan mengawinkan wanita-wanita dan membunuh para laki-laki bangsa Ibrani dengan bangsa Mesir dengan tujuan agar membaur dengan penduduk asli Mesir dan tidak ada lagi bangsa Ibrani murni.
Karena kekejaman yang dilakukan oleh Firaun ini maka Musa dengan perintah Tuhan, ingin membawa bangsa Ibrani kembali kepangkuan tanah yang dijanjikan oleh Tuhan yaitu Kanaan. Namun dalam upaya Musa untuk mengembalikan bangsa Ibrani ketanah Kanaan selalu mendapatkan  halangan dari Firaun yang tidak ingin kehilangan para budaknya. Hingga pada akhirnya Firaun mendapatkan azab dari Tuhan yang bermacam-macam hingga ia menyerah pada permintaan Musa untuk membawa bangsa Ibrani keluar dari Mesir untuk menuju Kanaan. Namun  ditengah-tengah perjalanan Firaun berubah fikiran dan ingin membawa kembali bangsa Ibrani ke Mesir. Dengan jalan Firaun mengejar mereka hingga berada di tepi laut merah. Namun usaha Firaun untuk menghalang-halangi bangsa Ibrani keluar dari Mesir sia-sia karena Musa berhasil membawa mereka ke seberang dan Firaun binasa  di tengah pengejarannya tersebut.[12]
Namun setelah Musa membawa bangsa Ibrani keluar dari Mesir, ia tak kunjung bisa memberikan kenikmatan yang ia janjikan sewaktu dulu berada di Mesir. Hal ini yang membuat bangsa Ibrani ingkar akan ajaran Musa dan memaksa Tuhan untuk memberikannya wahyu agar tahu apa yang harus mereka lakukan. Namun dalam usaha Musa mendapatkan wahyu Tuhan para bangsa Ibrani telah di sesatkan dari ajaran Musa. Mereka telah disesatkan oleh seorang yang bernama Musa Samiri atau Musa bin Zafar. Hal ini terdapat dalam Surat Thaha (20:97)[13]. Samiri menyesatkan bangsa Ibrani dengan jalan membuatkan patung anak sapi (baal) yang terbuat dari emas yang mereka curi dan pinjam saat mereka berada di Mesir. Patung anak sapi tersebut bisa berbicara dan bergerak layaknya makhluk hidup di karenakan tipu daya yang di lakukan oleh Musa Samiri.[14] Karena kejadian inilah bangsa Ibrani mengalami sebuah azab yang turun dari langit yaitu berupa kehidupan yang menyengsarakan di daerah padang pasir tanpa bisa memasuki bumi kanaan selama 40 tahun lamanya.[15]
Namun setelah itu bangsa Ibrani dengan di pimpin oleh Saul putra Kish salah satu keturunan Benyamin saudara Yusuf. Maka bangsa Ibrani dapat mengalahkan bangsa Kanaan dan Filistin  sehingga mereka dapat memasuki Kanaan dan membentuk sebuah kerajaan yang kuat. Bangsa Ibrani berhasil mencapai kejayaannya setelah Daud menjadi raja bangsa Ibrani selama 40 tahun. Masa pemerintahan Daud bangsa Ibrani memiliki wilyah kekuasaan yang sangat luas dan rakyatnya hidup  dengan sejahtera. Daud memimpin kerajaannya dengan adil dan bijaksana sehingga ia sangat dicintai oleh rakyatnya. Hal ini juga berlangsung hingga masa pemerintahan anaknya yaitu Solomon atau Sulaiman. Hampir tidak pernah ada konflik yang terjadi dimasa pemerintahannya walaupun Solomon tidak melakukan ekspansi wilayah kerajaan seperti yang dilakukan oleh ayahnya Daud. Namun setelah masa pemerintahan anak Solomon kerajaan bangsa Ibrani terpecah menjadi dua, yaitu kerajaan Israel dan Yahuda.[16] Karena hal ini pula akhirnya kerajaan-kerajaan tetangga yang dulu di takhlukan oleh Daud mulai bangkit dan memberontak. Dan di kerajaan bangsa Ibrani sedang terjadi perang saudara yang tak kunjung selesai hingga pada akhirnya kerajaan Yahuda jatuh ketangan kerajaan Asyur atau Assiria yang menggalang kekuatan dengan Mesir.
Pada tahun 597 SM, Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar yang menghancurkan tempat-tempat keagamaan bangsa Ibrani termasuk Bait Solomo yang menjadi kuil utama dalam agama Yahudi.[17] Nebukadnezar melarang segala aktivitas keagamaan yang bangsa Ibrani lakukan kecuali mereka mau mengikuti agama Nebukadnezar. Namun dominasi Nebukadnezar berakhir setelah Cyruz dari kerajaan Persia mengusai Yerussalem, ia juga membolehkan bangsa Ibrani untuk melakukan ritual keagamaannya seperti biasanya tanpa memaksa mereka untuk mengikuti agama Cyruz. Setelah penguasaan Cyruz tersebut bangsa Ibrani membangun tempat-tempat peribadatannya kembali dan melakukan ritual keagamaan mereka seperti biasa tanpa ada yang menghalang-halangi mereka. Namun setelah itu bangsa Ibrani selalu di kuasai oleh penguasa asing seperti Alexander The Great 4 SM, Anthiochus III pada tahun 198 SM dan Anthiochus IV hingga Herodes The Great.
  
D.    Bangsa Ibrani Pendukung Agama Yahudi
Pada awalnya bangsa Ibrani adalah kaum yang beragama pagan seperti tanah leluhur mereka Ur-Khaldea. Namun setelah Ibrahim datang dan hijrah ke kanaan mereka menganut agama Ibrahim. Namun karena kehidupan mereka yang nomaden akhirnya kepercayaan mereka merupakan hasil sinkretisme dengan daerah-daerah pengembaraan mereka.[18] Contoh misal seperti Mesir dan penduduk asli Kanaan yang beragama pagan. Namun setelah Musa diutus oleh Tuhan maka kepercayaan mereka berangsur-angsur bersih dan mereka cenderung mengenal ajaran-ajaran Tuhan yang bersifat Monoteisme yang sesungguhnya.
Setelah mereka keluar Mesir mereka hidup dengan bebas dan merdeka, hal ini di manfaatkan oleh Musa untuk menyeru mereka supaya meninggalkan penyembahan berhala, untuk menuju agama tauhid yang sejati dan pada waktu itu boleh dikatakan awal terbentuknya agama Yahudi. walaupun pada akhirnya setelah Musa meninggal dunia pada tahun 1473[19] mereka kembali kepada penyembahan berhala
Karena terobsesi dengan kemajuan bangsa-bangsa tetangganya yang lebih maju karena penyembahan berhala mereka. Oleh karena itu bangsa Ibrani selalu kesulitan dalam meraih apa yang mereka inginkan dan mengalami kehidupan yang sengsara, hingga pada zaman Daud dan Sulaiman mereka kembali ke ajaran Musa yaitu agama tauhid yang sejati.
Setelah kemuduran kerajaan bangsa Ibrani, mereka kembali ingkar terhadap ajaran Musa dan kembali menyembah berhala. namun dengan intensitas kecil walaupun masih berpegang pada ajaran Musa. Bangsa Ibrani mengalami Diaspora atau terpisah keseluruh penjuru dunia pada masa penguasaan Titus penguasa Romawi pada tahun 70 masehi.[20] Namun walaupun mereka berpencar di berbagai belahan penjuru dunia mereka tetap memiliki ikatan yang kuat berdasarkan agama Yahudi yang mereka percayai sebagai agama leluhur mereka  Ibrahim, Ishak, dan Ya’qub.
E.     Bangsa Ibrani Berada Di Tanah Yang Di Janjikan (Palestina)
Setelah sekian lama bangsa Ibrani atau mereka lebih suka di sebut bangsa Israel melakukan diaspora pada akhirnya mereka menyerukan tentang semangat kesatuan mereka dan berjuang mewujudkan cita-cita mereka untuk menduduki tanah Palestina yang telah di janjikan Tuhan kepada leluhur mereka. Dari semangat inilah lahirlah gagasan dari Theodor Herzel (1860-1940) untuk menyatukan bangsa Israel seluruh dunia kembali ke tanah yang telah di janjikan kepada mereka, yang kini lebih kita kenal dengan nama gerakan Zionisme.[21] Pernyataan Theodor Herzel tersebut pertama kalinya termuat dalam Jewish State (1896) dalam sebuah pertemuan para bangsa Ibrani seluruh dunia yang dilakukan di Wina Austria.
Pada dasarnya gerakan Zionis ini muncul saat Leo Pinsker seorang Yahudi Rusia pada tahun 1882, mengobarkan semangat Zionis setelah terjadinya pembunuhan terhadap Tzar Alexander II pada tahun 1881.[22]Pada tahun 1897 diadakanlah kongres Yahudi-Yahudi internasional di Basle. pada awalnya para anggota Zionisme bingung untuk menetapkan tempat untuk orang-orang Yahudi tersebut, seperti Argentina, Uganda dan Kenya di rancang untuk pertama kali di rancangkan oleh mereka. Namun karena pengaruh Yahudi di timur sangatlah kuat maka mereka membatalkan rencana awal tersebut dan akhirnya memilih tanah Palestina yang cocok bagi mereka. Karena merasa bahwa tanah Palestina adalah tanah leluhur mereka di masa lalu dan masa yang akan datang sesuai janji Tuhan kepada mereka.[23]
Langkah pertama yang bangsa Ibrani tempuh untuk mewujudkan cita-cita mereka tersebut adalah menarik simpati Inggris yang merupakan penguasa tanah Palestina pada waktu itu, yang pada akhirnya mereka mendapatkan dukungan Inggris dalam mewujudkan cita-cita mereka tersebut. Pada masa bulan November tahun 1917 lahirlah Deklarasi Balfour yang isinya bahwa pemerintah Inggris mengizinkan Palestina sebagai tempat singgah kaum Yahudi atau bangsa Ibrani. Namun kaum Yahudi melanggar butir-butir isi Deklarasi Balfour yang hanya mengizinkan menyinggahi Palestina bersifat nasional selama 30 tahun (1918-1948) bukan mendirikan negara Israel atau Yahudi.   
Pada tahun 1930-an pemerintahan Jerman yang di pegang Nazi memberlakukan aturan pengusiran bangsa Ibrani dari Jerman menyebabkan arus imigrasi bangsa Ibrani ke Palestina semakin banyak. Perpindahan tersebut terjadi beberapa fase, fase pertama 60.000 orang pertahun dan berjalan selama 4 tahun (1933-1937). Jadi dalam waktu sesingkat itu lebih dari 200.000 bangsa Ibrani di tempatkan di Palestina yang sudah dihuni 1,2 juta penduduk Islam dan kristen.
Namun penduduk Palestina menolak hal tersebut, dan terjadilah perang sebagai bentuk penolakan mereka. Namun pada waktu itu Inggris mendapatkan mandat dari League Of Nations untuk mengamankan rencana tersebut dengan mengirimkan 20.000 pasukan dengan cara menindas para pejuang-pejuang Arab ini.[24]
Sedangkan dengan persetujuan Amerika dan Inggris maka bangsa Ibrani yang berada di barat di ungsikan ke Palestina selama 30 tahun, dari 100.000 jiwa meningkat menjadi 1.400.000 jiwa, memaksa 900.000 dari 1.100.000 jiwa[25] masyarakat Palestina meninggalkan tempat tinggal mereka.


                                                                                                         

BAB III
PENUTUP

     Dari paparan di atas dapatlah diketahui bahwa bangsa Ibrani berasal ras Semit dan telah banyak bersentuhan dengan peradaban-peradaban yang telah maju seperti Babilonia, Persia, Haran, Mesopotamia, Kanaan, Mesir dan Assria. Bangsa Ibrani merasa termulyakan ketika mereka hidup di Mesir, yaitu ketika saudara mereka Yusuf menjadi menteri di daerah Mesir. Akan tetapi setelah wafatnya Yusuf, bangsa Ibrani merasa terkucilkan akibat sifat eksklusifnya, sehingga mereka dikejar-kejar Firaun dan pasukannya yang akhirnya diselamatkan oleh Musa dan keluarlah mereka dari negeri Mesir. Bangsa Ibrani sempat mengalami masa-masa sulit sebelum akhirnya dibebaskan pada masa Daud dan Sulaiman. Setelah sekian lama bangsa Ibrani melakukan diaspora, akhirnya mereka mufakat menyerukan tentang semangat kesatuan mereka dan berjuang mewujudkan cita-cita mereka untuk menduduki tanah palestina yang telah di janjikan tuhan kepada leluhur mereka.
     Tentu saja sebagai penulis, kami menemukan banyak kendala diantaranya bahasa dan referensi. Oleh karena itu diharapkan bagi semua pihak yang membaca makalah ini dapat menuruskan dan menyempurkan tulisan ini agar dapat dijadikan sumber keilmuan yang valid dan kredibilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, “Sejarah Agama” ,Solo; Ramadhani, 1991.
Amstrong, Karen, “Sejarah Tuhan”, Bandung, Mizan Pustaka, 2007.
Carr, William Guy.” Yahudi Menggenggam Dunia,” Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005.
Daud, Muhammad Isa. “Dajjal Akan Muncul Dari Segi Tiga Bermuda”, Bandung: PT. Pustaka Hidayah, 1996.
Daya, Burhanudin. “Agama Yahudi”, Yogyakarta: PT. Bagus Arafah,1982.
Groenen C., “Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama”, Yogyakarta: PT. Kanisius, 1991.
Hitti, Philip K.,  History of Arabs Cet I,” Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010.
Souyb, Joesoef. “Agama-Agama Besar di Dunia”, Jakarta: Al Husna, 1996.
Abdul Manaf, Mudjahid, “Sejarah Agama-Agama”, Jakarta; Raja Grafindo, 1996.
Petras, James, “Zionisme Dan Keruntuhan Amerika”, Jakarta; Zahra Publishing House, 2009.  



[1] Karen Amstrong, “Sejarah Tuhan”, (Bandung;  Mizan Pustaka, 2007), 53-54.           

[2] Philip K. Hitti, History of Arabs Cet I, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010), 11.
[3] Burhanudin Daya, Agama Yahudi, (Yogyakarta: PT. Bagus Arafah,1982), 7.
[4] Ibid, 12.
[5] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 1991) , 34.
[6]Burhanuddin Daya, Ibid, 13-14.
[7]C. Groenen, Ibid, 34-35.
[8] Burhanuddin Daya, Ibid,13.
[9] Joesoef Souyb, Agama-Agama Besar di Dunia, (Jakarta: Al Husna, 1996) 313-314.
[10] Burhanuddin Daya,Ibid, 16.
[11] Ibid, 21.
[12] Ibid, 41-43.
[13] 97.  Berkata Musa: "Pergilah kamu, Maka Sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia Ini (hanya dapat) mengatakan: "Janganlah menyentuh (aku)”. dan Sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan Lihatlah Tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, Kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).
[14] Muhammad Isa Daud, Dajjal Akan Muncul dari Segi Tiga Bermuda, (Bandung: PT. Pustaka Hidayah, 1996) , 56-60.
[15] Mudjahid Abdul Manaf, “Sejarah Agama-Agama”, (Jakarta; Raja Grafindo, 1996), 50.
[16] Abu Ahmadi, “Sejarah Agama” (Solo; Ramadhani, 1991), 119
[17] Burhanuddin Daya, Ibid, 32.
[18] Ibid, 34.
[19] Ibid, 28.
[20] Ibid, 36-37.
[21] William G. Carr, Yahudi Menggenggam Dunia, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005) , 20-25.
[22] Burhanuddin daya,Ibid,  38.
[23] Janji Tuhan  kepadabani  Israel  wahai Ibrahim keluarlah engkau dari negerimu, maka akan Aku gantikan bagimu negeri yang subur dan baik” (Kejadian 13:14) (Karen Amstrong, Sejarah Tuhan, 23).
[24] James Petras, “Zionisme Dan Keruntuhan Amerika”,( Jakarta; Zahra Publishing House, 2009), 3.
[25]Burhanudin Daya, Ibid, 42.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar